Senin, 26 Desember 2016

JEMBATAN PENYEBRANGAN ORANG DI MARGONDA

JEMBATAN PENYEBRANGAN ORANG

             Jembatan Penyebrangan orang atau JPO ini dibangun di jalan Margonda Raya , tepat di depan jalan masuk ke Universitas Gunadarma. Sebelumnya fungsi dari jembatan penyebrangan orang ini adalah sebagai fasilitas tempat pejalan kaki untuk menyebrang jalan yang ramai dan lebar dan untuk mengurangi kemacetan yang disebabkan oleh pejalan kaki yang menyebrang langsung sehingga membuat arus lalu lintas terganggu.

  Di Depok, khususnya di Jalan Margonda ini arus lalu lintasnya memang selalu padat, oleh karena itu di sepanjang jalan ini banyak terdapat jembatan penyebrangan orang yang dibangun untuk tempat menyebrang pejalan kaki.

            Jembatan Penyebrangan Orang ini adalah sebuah proyek pembangunan daerah yang dibangun dengan target 120 hari, yang dimulai dari tanggal 22 Agustus 2016 – 19 Desember 2016 oleh kontraktor pelaksana dari PT. Gana Mitra Mandiri dan diawasi oleh konsultan pengawas dari PT. Paradhi Guna. Proyek JPO ini membutuhkan biaya Rp2.862.242.000.

              Dan beberapa hari yang lalu saya beserta tim sudah merencanakan segala persiapan untuk mewawancarai beberapa hal terkait soal pembangunan jembatan kepada salah satu yang bertanggung jawab atas pembangunan Jembatan  Penyebrangan Orang ini. Setelah jam kuliah selesai saya dan tim segera pergi ke lokasi,

              Sesampainya di lokasi, sayangnya saya beserta tim belum bisa bertemu dengan orang yang bertanggung jawab atas pembangunan ini. Yang ada hanya salah satu bapak yang bertugas sebagai tukang ukur. Beliau bernama Bapak Suyadi. Lalu kami memutuskan untuk mewawancarainya dan beliau bersedia untuk  diwawancarai.

            Pertanyaan pertama yaitu tentang lama pembangunan dari jembatan ini, kemudian Pa Suyadi menjelaskan , ini sebetulnya proyek pemerintah daerah yang biasanya itu mempunyai target pengerjaan, pembangunan ini dimulai tanggal 22 Agustus sampai dengan target tanggal 19 Desember 2016.

  Pertanyaan selanjutnya itu tentang kira-kira umur jembatan ini. Beliau menjelaskan, menurut standar konstruksi berat kira – kira bisa sampai 25 tahun kedepan. Pertanyaan selanjutnya itu tentang kendala – kendala yang dialami saat pembangunan. Beliau menjelaskan, kabel – kabel PLN yang mengganggu pembangunan dari jembatan ini. Pertanyaan selanjutnya itu tentang perawatan khusus untuk fisik jembatan. Beliau menjelaskan, ada beberapa kolom yang belum sempurna lalu dialihkan ke proses penyelesaian untuk memperbaiki fisik jembatan yang masih belum sempurna.

  Di pembangunan jembatan juga ada konsultan pengawas dan konsultan perencana dari Dinas Perhubungan yang ditunjuk. Dalam pembangunan biasanya melalui dari tahapan lelang tender. Demikian itulah sedikit dari pembahasan saya beserta tim tentang pembangunan jembatan ini melalui narasumber Bapak Suyadi.

 Harapan saya, khususnya untuk jembatan ini agar berfungsi dengan sebaik –  baiknya dan berguna bagi pejalan kaki untuk menyebrang jalan.

  Berikut adalah foto - foto saat wawancara dan keadaan jembatan


























Nama : Muhammad Bayu Sugma Permana
npm   : 14316752

Minggu, 30 Oktober 2016

MOTIVASI UNTUK PEMBANGUNAN

WONOGIRI



  













Kalau mendengar kata Wonogiri, apa yang ada dipikiran teman-teman semua?? Ndeso, nggunung, gajah mungkur, gaplek, tiwul, susah air , miskin, bakso, jamuu? Yap, itu tadi sebagian dari pendapat orang-orang yang saya ketahui.
 Ndeso?? Hemmm, nggak juga. Di Wonogiri sudah ada swalayan, indomaret, sinyal HP, Alfamart. Akses ke Wonogiri juga sudah mudah dan banyak, tak perlu naik pesawat perintis dari Bandara adi sumarmo Solo, tak perlu juga naik gethek(perahu) menyusuri bengawan solo. Sudah banyak bis, angkot tujuan wonogiri, mau yang dari jakarta, bandung, semarang, solo, ada kok yang jurusan wonogiri. Kereta api juga ada , kalo mau naik atau berangkat dari jakarta ada yang langsung dr stasiun tanah abang tujuan akhir Wonogiri. Canggih tooo…

 Nggunung, susah air, tandus?? Kalau diterjemahkan arti dari kata Wonogiri sendiri memang seperti ini, Wono=alas(hutan), Giri=gunung. Jadi artinya kurang lebih hutan dan gunung. Ya memang benar, kontur daerah diwonogiri memang bergunung-gunung, atau lebih tepatnya berbukit-bukit. Masih asri, sejuk. Cobalah ke wonogiri yang bagian timur utara, disana anda akan merasakan kesejukan, letaknya di kaki gunung lawu. Nggak tandus, air gampang, sawah banyak di wonogiri. Makanya, reneo sik! (kemarilah dulu) Mantab lah pokoknya.
            nah salah satu yang terkenal di Wonogiri adalah Waduk Gajah Mungkur.

















Waduk Gajah Mungkur adalah ikon dari Kabupaten Wonogiri.Terletak sekitar 6 km dari pusat kota,area tersebut memiliki luas kurang lebih 8800 ha .Dibangun pada akhir 1970an dan mulai beroperasi pada 1978.  Banyak sekali manfaat dari pembangunan waduk tersebut antara lain sebagai irigasi,pengendali banjir,budi daya perikanan, pemasok air minum PDAM , sumber energi PLTA dan tentunya kawasan wisata.
Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur mulai dikembangkan seiring dengan diresmikannya pengoperasian nya pada tahun 1980-an. Terletak di sisi barat waduk,di tepi jalan raya Wonogiri-Wuryantoro. Panorama yang ditawarkan sungguh sangat ciamik,perpaduan antara hamparan air yang dikelilingi oleh perbukitan Pegunungan Seribu. Untuk bisa sampai di lokasi kita bisa menggunakan berbagai moda transportasi ,seperti bus antar kota,minibus,angkutan kota, dll.
Tapi disamping itu semua ada yang kurang nih dari wonogiri sendiri, diantaranya ya
 jalur Ngadirojo – Giriwoyo ini yang masih rusak.



Ada juga di jalur Giriwoyo-Pracimantoro

Ada juga nih jembatan yang rusak karena di terjang banjir




          Saya memang tidak tinggal disini ataupun asli sini tapi ketika liburan saya suka kesini karena di Wonogiri ini tempat kakek dan nenek saya. Melihat permasalahan pembangunan yang terjadi di Wonogiri saya sebagai generasi muda ingin menyampaikan keluhan dan pesan saya kepada pemerintah kabupaten Wonogiri yang diperuntukan di bidang infrastruktur jalan supaya pemerintah kabupaten Wonogiri bisa membenahi kembali jalan dan jembatan yang rusak tersebut. Dan jika saya telah lulus kuliah nanti, dengan kemampuan yang saya miliki saya akan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten Wonogiri untuk memperbaiki dan membenahi kawasan di Wonogiri ini khususnya masalah jalan dan jembatan yang rusak.
        Salah satu penyebab jalanan dan jembatan rusak dikarenakan curah hujan yang sangat deras selama beberapa hari berturut - turut mengakibatkan struktur dari jalanan berlubang dan keropos. Dan seringkali dilewati oleh kendaraan bus antar provinsi mengakibatkan jalanan lama kelamaan menjadi berlubang besar atau rusak. Dan akibat dari hujan dengan curah yang sangat deras itu mengakibatkan volume air sungai meningkat dan menerjang salah satu jembatan mengakibatkan jembatan hampir roboh.
             kalo kita bicara solusinya, langkah awalnya kita harus membuat saluran drainase untuk mengurangi volume air yang meningkat yang bisa mengakibatkan banjir.



        
  drainase merupakan bagian penting dalam penataan sistem penyediaan air di bidang pertanian maupun tata ruang. Saluran drainase sering kali dirujuk sebagai drainase saja karena secara teknis hampir semua drainase terkait dengan pembuatan saluran. Saluran drainase permukaan biasanya berupa parit , sementara untuk bawah    tanah disebut gorong-gorong di bawah tanah.
   Drainase sendiri sangat penting manfaatnya:
1. Pembangunan saluran Drainase digunakan untuk mengalirkan resapan air hujan dalam lingkungan warga menuju ke badan sungai yang terdekat
2. lingkungan lebih rapi dan tidak becek dan banjir lagi, banyak juga yang merasakan manfaatnya pembangunan drainase ini 
3. Untuk memperbaiki tata ruang desa

        untuk solusi selanjutnya saya akan membuat jalanan yang bisa menyerap air agar jalanan tidak mudah banjir jika datang hujan dengan curah yang sangat deras.
   










Jika permukaan tanah ditutup secara penuh dengan beton atau aspal, akan timbul masalah jika hujan turun. Ya, genangan air. Solusi untuk masalah genangan air adalah dengan merancang daerah yang diperkeras permukannya, dengan menyediakan jalan air dan sistem buangan atau penyerapan air.
Tetapi pernahkah Anda membayangkan, jika ada campuran bahan beton, yang memiliki pori, yang dapat menyerap air hingga 3000 liter lebih dalam satu menit ? Beton berpori Topmix (Topmix Permeable concrete) dirancang untuk menjadi penutup permukaan dengan sifat super penyerap yang memungkinkan air merembes melaluinya. Tidak menimbulkan genangan air di permukaan. Sebuah solusi terkini untuk mengatasi banjir, khususnya di daerah perkotaan.
Disamping sebagai solusi untuk mengatasi masalah banjir, Tamac (pengembang Topmix) mengatakan penerapan bahan ini juga akan memberikan dampak yang besar di bidang keamanan jika diaplikasikan di jalan untuk menggantikan aspal. Penggunaan aspal di jalan, – meskipun dengan sistem drainase yang bagus, yang dapat mencegah adanya denangan air, – tetap memiliki resiko. Karena aspal tidak bisa menyerap air saat terjadi hujan, sehingga aliran air akan tetap ada. Apalagi jika terjadi hujan yang cukup deras. Beton berpori Topmix diciptakan, salah satunya untuk mengatasi masalah tersebut. Menghilangkan adanya aliran dan genangan air. Jika terjadi hujan, air yang mencapai permukaan jalan (dengan material beton berpori Topmix) akan langsung ‘diminum‘ oleh permukaan jalan. Air akan langsung merembes masuk ke dalam tanah.
Di bawah ini adalah video yang menunjukkan bagaiman materi ini diuji, dengan diaplikasikan di sebuah lahan parkir. Anda bisa melihat bagaimana permukaan beton meminum air sekitar 880 galon per menitnya. Tampak bahwa sebagian besar air langsung ‘ambles’, terserap kedalam tanah seketika saat menyentuh permukaan beton

Untuk mengoptimalkan fungsi penyerap air dari Topmix, perlu dibuat sistem drainase di bawah tanah dengan menggunakan bahan kerikil dan pendukung sistem drainase berupa pipa pipa air. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya serap air, sehingga berapapun jumlah air yang jatuh ke permukaan akan tetap terserap.


SUMBER :

MUHAMMAD BAYU SUGMA PERMANA
14316752
1TA02










Sabtu, 01 Oktober 2016

PENGARUH BUDAYA DI INDONESIA

PENGARUH BUDAYA HINDU - BUDDHA, ISLAM, MODERN DI INDONESIA

1. HINDU - BUDDHA

Kebudayaan merupakan wujud dari peradaban manusia, sebagai hasil akal-budi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik primer, sekunder, atau tersier. Wujud kebudayaan ini cukup beragam, mencakup wilayah bahasa, adat-istiadat, seni (rupa, sastra, arsitektur), ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dan setiap kebudayaan yang lebih maju pasti mendominasi kebudayaan yang berada di bawahnya. Begitu pula kebudayaan India yang dengan mudah diterima masyarakat Indonesia.


Pengaruh Hindu dan Buddha terhadap kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang kebudayaan, bersamaan dengan datangnya pengaruh dalam bidang agama itu sendiri. Pengaruh tersebut dapat berwujud fisik dan nonfisik. Hasil kebudayaan pada masa Hindu-Buddha di Indonesia yang berwujud fisik di antaranya: arca atau patung, candi (kuil), makara, istana, kitab, stupa, tugu yupa, prasasti, lempengan tembaga, senjata perang, dan lain-lain. Sedangkan peninggalan kebudayaan yang bersifat nonfisik di antaranya: bahasa, upacara keagamaan, seni tari, dan karya sastra.

Wilayah India yang cukup banyak memberikan pengaruhnya terhadap Indonesia adalah India Selatan, kawasan yang didiami bangsa Dravida. Ini terbukti dari penemuan candi-candi di India yang hampir menyerupai candi - candi yang ada di Indonesia. Begitu pula jenis aksara yang banyak ditemui pada prasasti di Indonesia, adalah jenis huruf Pallawa yang digunakan oleh orang India selatan.

Meskipun budaya India berpengaruh besar, akan tetapi masyarakat Indonesia tidak serta-merta meniru begitu saja kebudayaan tersebut. Dengan kearifan lokal masyarakat Indonesia, budaya dari India diterima melalui proses penyaringan (filtrasi) yang natural. Bila dirasakan cocok maka elemen budaya tersebut akan diambil dan dipadukan dengan budaya setempat, dan bila tak cocok maka budaya itu dilepaskan. Proses akulturasi budaya ini dapat dilihat pada model arsitektur, misalnya, punden berundak (budaya asli Indonesia) pada Candi Sukuh di Jawa Tengah; atau pada dinding - dinding Candi Prambanan yang memuat relief tentang kisah pewayangan yang memuat tokoh Punakawan; yang dalam relief manapun di India takkan ditemui.

Pengaruh Hindu - Buddha di Indonesia :

1. Praktik Peribadatan

Pengaruh Hindu-Buddha terhadap aktifitas keagamaan di Indonesia tercermin hingga kini. Kalian dapat merasakannya kini di Bali, pulau yang mayoritas penduduknya penganut Hindu. Kehidupan sosial, seni, dan budaya mereka cukup kental dipengaruhi tradisi Hindu. Jenazah seseorang yang telah meninggal biasanya dibakar, lalu abunya ditaburkan ke laut agar “bersatu” kembali dengan alam. Upacara yang disebut ngaben ini memang tidak diterapkan kepada semua umat Bali-Hindu, hanya orang yang mampu secara ekonomi yang melakukan ritual pembakaran mayat (biasa golongan brahmana, bangsawan, dan pedagang kaya).

2. Sistem Pendidikan

Sriwijaya merupakan kerajaan pertama di Indonesia yang telah menaruh perhatian terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Buddha. Aktifitas pendidikan ini diadakan melalui kerjasama dengan kerajaan-kerajaan di India. Hubungan bilateral dalam bidang pendidikan ini dibuktikan melalui Prasasti Nalanda dan catatan I-Tsing. Berdasarkan keterangan Prasasti Nalanda yang berada di Nalanda, India Selatan, terdapat banyak pelajar dari Sriwijaya yang memperdalam ilmu pengetahuan. Catatan I-Tsing menyebutkan, Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha yang cocok sebagai tempat para calon rahib untuk menyiapkan diri belajar Buddha dan tata bahasa Sansekerta sebelum berangkat ke India. Di Sriwijaya, menurut I-Tsing, terdapat guru Buddha yang terkenal, yaitu Sakyakerti yang menulis buku undang-undang berjudul Hastadandasastra. Buku tersebut oleh I-Tsing dialihbahasakan ke dalam bahasa Cina.


3. Bahasa dan Sistem Aksara

Bahasa merupakan unsur budaya yang pertama kali diperkenalkan bangsa India kepada masyarakat Indonesia. Bahasalah yang digunakan untuk menjalin komunikasi dalam proses perdagangan antarkedua pihak, tentunya masih dalam taraf lisan. Bahasa yang dipraktikkan pun adalah bahwa Pali, bukan Sansekerta karena kaum pedagang mustahil menggunakan bahasa kitab tersebut.

Bahasa Pali atau Pallawa merupakan aksara turunan dari aksara Brahmi yang dipakai di India selatan dan mengalami kejayaan pada masa Dinasti Pallawa (sekitar Madras, Teluk Benggali) abad ke-4 dan 5 Masehi. Aksara Brahmi juga menurunkan aksara-aksara lain di wilayah India, yaitu Gupta, Siddhamatrka, Pranagari, dan Dewanagari. Aksara Pallawa sendiri kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan tertulis pada prasasti-prasasti berbahasa Melayu Kuno zaman Sriwijaya. Istilah pallawa pertama kali dipakai oleh arkeolog Belanda, N.J. Krom; sarjana lain menyebutnya aksara grantha.

Praktik bahasa Sansekerta pertama kali di Indonesia bisa dilacak pada yupa-yupa peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Huruf yang dipakai adalah Pallawa. Dikatakan bahwa di kerajaan tersebut terdapat seorang raja bernama Kudungga, memiliki anak yang bernama Aswawarman, dan juga memiliki cucu Mulawarman. Menurut para ahli bahasa, Kudungga dipastikan merupakan nama asli Indonesia, sedangkan Aswawarman dan Mulawarman sudah menggunakan bahasa India. Penggantian nama tersebut biasanya ditandai dengan upacara keagamaan.

4. Seni Arsitektur dan Teknologi

Sebelum unsur-unsur Hindu-Buddha masuk, masyarakat Indonesia telah mengenal teknologi membuat bangunan dari batu pada masa Megalitikum. Mereka telah pandai membangun menhir, sarkofagus, peti (kuburan) kubur, patung sederhana, dan benda benda dari batu lainnya. Setelah berkenalan dengan seni arsitektur Hindu-Buddha, mereka kemudian mengadopsi teknologinya. Jadilah candi, stupa, keraton, makara yang memiliki seni hias (relief) dan arsitekturnya yang lebih beraneka.

5. Bidang Seni Rupa

Selain pada arsitektur, pengaruh budaya Hindu-Buddha terlihat pada bidang seni rupa, seperti corak relief, patung atau arca, dan makara pada candi atau keraton. Dalam hal motif yang pada masa prasejarah berupa motif-motif budaya Vietnam purba, maka pada masa Hindu-Buddha berkembang dan makin beragam.

6. Bidang Kesusastraan

Dari India, masyarakat Indonesia mengenal sistem tulis. Karyakarya tulis yang pertama ada di Indonesia ditulis pada batu (prasasti) yang memuat peristiwa penting seputar raja atau kerajaan tertentu. Pada masa berikutnya penulisan dilakukan di atas daun lontar (Latin: Borassus flabellifer), batang bambu, lempengan perunggu, daun nifah (Latin: Nifa frutican), dan kulit kayu, karena bahanbahan tersebut lebih lunak daripada batu, lebih mudah dijinjing dan bisa dibawa ke mana-mana, dan lebih tahan lama.

7. Bidang Seni Tari dan Musik

Seni tari telah ada di Indonesia sejak masa prasejarah. Ketika itu tarian dilakukan sebagai persembahan kepada roh nenek moyang dalam upacara-upacara, seperti pada acara panen. Jadi, bertari merupakan kegiatan keagamaan yang suci dan ritual. Musik sebagai pengiring para penari berasal dari irama ritmis dari alat-alat perkusi atau tetabuhan yang dipukul-pukul tanpa iringan alat bernada, kecuali suara tenggorokan. Ketika pengaruh Hindu-Buddha masuk, seni tari masih dipentaskan dalam rangka keagamaan, perkawinan, pengangkatan raja, dan lain-lain. Alat-alat bernada mulai dipakai, seperti alat tiup, alat petik, alat gesek. Persembahan tarian dan musik di kalangan raja dan bangsawan makin berkembang seiring perkenalan masyarakat Indonesia dengan bangsa-bangsa lain. Hingga sekarang pengaruh seni musik India di Indonesia masih dapat dinikmati, misalnya musik dangdut.
                                                                                                                                                   
8. Bidang Pemerintahan

Bentuk kesatuan masyarakat Indonesia pra Hindu adalah kesatuan masyarakat yang dipimpin oleh seorang kepala yang dipilih berdasar prinsip Prints Inter Pares (yang utama di antara sesama) Namun setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk dan berkembang di Indonesia, muncullah sistem pemerintahan Kerajaan yang dipimpin berdasarkan sistem Dinasti (turun temurun).

2.  ISLAM

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Penyebaran budaya Islam di Indonesia berlangsung secara damai dan evolutif. Islam berkembang lewat perantaraan bahasa Arab. Kontak awal Islam dengan kepulauan nusantara mayoritas berlangsung di pesisir pantai, khususnya melalui aktivitas perdagangan antara penduduk lokal dengan para pedagang Persia, Arab, dan Gujarat (India). Kontak-kontak ini memungkinkan proses asimilasi, dan akulturisasi budaya. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.       
 Pengaruh Islam di Indonesia :

1. Pengaruh bahasa dan nama
Bahasa Indonesia banyak yang di pengaruhi islam, bersal dari bahasa arab. Karena sering di pergunakannya pada pembicaraan umum, surat kabar dan lain-lainnya, seolah-olah bahasa tersebut sudah menjadi bahsa Indonesia. Seperti, kata perlu yang berasal dari fardu, musawarah dari kata musyawarah, dan kata ihlas dari kata ikhlas. Di bidang nama sudah sangat luas pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Tidak sedikit jumlahnya bangsa Indonesia yang namanya berasal dari bahasa arab,  karena pengaruhnya ajaran agama islam.
2.   Pengaruh Islam di Bidang Pendidikan 

 Salah satu wujud pengaruh Islam yang lebih sistemik secara budaya adalah pesantren. Asal katanya pesantren kemungkinan shastri (dari bahasa Sanskerta) yang berarti orang-orang yang tahu kitab suci agama Hindu. Atau, kata cantrik dari bahasa Jawa yang berarti orang yang mengikuti kemana pun gurunya pergi. Fenomena pesantren telah berkembang sebelum Islam masuk. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, kurikulum dan proses pendidikan pesantren diambilalih Islam.  Pada dasarnya, pesantren adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut Kyai. Asrama siswa berada di dalam kompleks pesantren di mana kyai berdomisili. Dengan kata lain, pesantren dapat diidentifikasi adanya lima elemen pokok yaitu: pondok, masjid, santri, kyai, dan kitab-kitab klasik (kitab kuning).
3. Pengaruh kesenian

Dalam bidang seni musik pengaruh kesenian ini yang mencolok pada kesenian lagu-lagu qosidah , di mana dalam syairnya bernafaskan ajaran-ajaran agama. Lagu-lagu qosidah itu di iringi dengan musik rebana.memukul rebana dengan irama yang teratur disertai bacaan memuji Allah, sering dilakukan masyarakat Indonesia pada upacara perkawinan, maulidiyah, khitanan dan lain-lainnya.
Dalam Seni baca al qur’an musabaqah tilawtil al qur’an yang dilaksanakan tiap tahun dari tingkat anak sampai dewasa. Pengaruh islam pada bangsa Indonesia semakin hari bertambah luas, sehingga ikut pula mewarnai pertumbuhan kebudayaan indonsia.
Dalam seni busana di agama Islam, ada jenis pakaian tertentu yang menunjukkan identitas umat Islam. Jenis pakaian tersebut adalah sarung, baju koko, kopeah, kerudung, jilbab, dan sebagainya.

Dalam bidang seni rupa dalam dunia Islam berbeda dengan seni rupa dalam Hindu-Buddha. Dalam ajaran Islam tak diperbolehkan menggambar, memahat, membuat relief yang objeknya berupa makhluk hidup khususnya hewan. Maka dari itu, seni rupa Islam identik dengan seni kaligrafi. Seni kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang merupakan kata atau kalimat. Dalam Islam, biasanya kaligrafi berwujud gambar binatang atau manusia (tapi hanya Bentuk siluetnya saja). Ada pula, seni kaligrafi yang tidak berbentuk makhluk hidup, melainkan hanya rangkaian aksara yang diperindah. Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang sering dituangkan dalam seni kaligrafi ini. Sedangkan, bahanbahan yang digunakan sebagai tempat untuk menulis kaligrafi ini adalah nisan makam, pada dinding masjid, mihrab masjid, kain tenunan atau kertas sebagai pajangan atau kayu sebagai pajangan. Selain huruf Arab, tradisi kaligrafi dikenal pula di Cina, Jepang, dan Korea.

4. Sistem Pemerintahan

Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan sepertihalnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
5. Sistem Kalender

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Nama-nama bulan yang digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Demikian pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah).

 3. MODERN 

Globalisai merupakan tantangan besar bagi setiap negara. Keadaan ini di tinjau oleh bangsa Indonesia yang mengikuti arus globalisasi. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya rakyat Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk-mabukan, clubbing, memakai pakaian ketat, bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah hal biasa di Indonesia.


Kebudayaan orang-orang barat tersebut sifatnya negatif dan cenderung merusak dan telah mengadi suatu kebiasaan yang membudaya. Sehingga melanggar norma-norma yang berlaku dan mempengaruhi kebudayaan bangsa indonesia yang ketimuran. Tetapi tidak semua kebudayaan asing yang masuk ke indonesia bersifat negatif, karena ada juga sisi positif dari masuknya budaya asing tersebut. semua dampak positif dan negatif tersebut akan saya uraikan dalam pembahasan.

Masuknya budaya asing ke indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mamapu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya. Teknologi yang berkembang pada era globasisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial . Menurut Soerjono Soekanto (1990) masuknya budaya asing ke indonesia mempunyai pengaruh yang sangat peka serta memiliki dampak positif dan negatif.
1) Dampak Positif
Modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut dihaarapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.
2) Dampak Negatif
Budaya yang masuk ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja.
a) Kesenjangan Sosial Ekonomi
Kesenjangan sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Artinya ada jurang pemisah yang lebar antara si kaya dan si miskin, akibat tidak meratanya pembangunan. Apabila jurang pemisah ini tidak segera ditanggulangi dan menimbulkan kecemburuan masyarakat sosial yang dapat menyebabkan keresahan dalam massyarakat. Kesenjangan sosial itu sendiri akan mengakibatkan hal- hal berikut ini:
b) Kerusakan Lingkungan Hidup
Pencemaran yang terjadi di lingkungan masyarakat menimbulkan dampak sebagai berikut:
• Polusi udara, menyebabkan sesak nafas,mata pedih, dan pandangan mata kabur.
• Polusi tanah, menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak.
• Polusi air, menyebabkan air tidak bersih dan tidak sehat isi
.
c) Masalah Kriminalitas
Kriminalitas adalah perbuatan yang melanggar hukum atau hal- hal yang bersifat kejahatan, seperti korupsi, pencurian, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan dan lainnya. Dalam kriminologi kejahatan disebabkan karena adanya kondisi dan proses- proses sosial yang sama yang menghasilkan perilaku sosial lainnya. Artinya, terdapat hubungan antara variasi angka kejahatan dan variasi organisasi – organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi.sebagaimana dikatakan E.H. Sutherland ( dalam Soejono Soekamto, 1990: 367) kriminalitas (perilaku jahat) merupakan proses asosiasi diferensial, karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut sebagai akibat interaksi dalam pola dan perilaku yang jahat.
d) Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah penyimpangan perilaku yang dilakukan generasi muda (sekelompok remaja). Misalnya tawuran, perusakan barang milik masyarakat, penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang.


DAFTAR PUSTAKA